Penerapan Program 5 Hari Sekolah Dalam Seminggu
Negara Indonesia merupakan
negara yang berkembang, artinya semua aspek dalam kehidupan akan mengalami
suatu perubahan. Perubahan itu dapat terjadi dalam sistem pemerintahan, sistem
ekonomi, sistem sosial maupun sistem pendidikan. Di tahun 2015 maupun di tahun-tahun sebelumnya
banyak terjadi perubahan sistem pendidikan yang mampu menggoncangkan masyarakat
untuk membicarakannya. Mulai dari perubahan
kurikulum, sistem ujian nasional, dan pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar(KBM). Saat ini masyarakat marak membicarakan Program 5 hari sekolah
dalam seminggu yang di terapkan di berbagai daerah termasuk daerah Jawa Tengah.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar
Pranowo, mengatakan bahwa beliau telah menerapkan program sekolah 5 hari dalam
seminggu dengan alasan sempitnya waktu
pertemuan antara anak dengan orang tuanya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginginkan seluruh sekolah di Jawa
Tengah menerapkan waktu belajar selama lima hari sekolah dalam sepekan, karena kualitas pertemuan mereka dengan orang
tua itu kecil. Setiap orang tua
harus memperhatikan kualitas pertemuan dengan anak-anaknya di luar jam sekolah
sehingga komunikasi antarkeluarga dapat berjalan baik.
Penerapan program sekolah 5 hari dalam seminggu berlaku untuk Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Auliyah. Program ini ternyata telah menyebabkan banyak
pertentangan sosial di lingkungan masyarakat. Pertentangan itu terjadi karena
saling bertolak belakang antara sisi positif dengan sisi negatif dari adanya perubahan
sistem pendidikan.
SISI POSITIF
Sekolah 5 hari seminggu mempunyai sisi
positif, antara lain dapat meningkatkan efektifitas hari belajar. Sebab,
dengan beban belajar yang ada saat ini, jika sekolah tetap 6 hari seminggu,
maka pada Sabtu biasanya hanya kegiatan pengembangan diri selama 2 jam
pelajaran. Jika 2 jam pelajaran di hari Sabtu itu dipindahkan ke hari lain,
maka hari belajar tentu akan lebih efektif. Beberapa sekolah memang menyiasati
jadwal hari Sabtu dengan memindahkan 2 jam pelajaran di hari lain ke Sabtu
sehingga menjadi 4 jam pelajaran. Namun, dengan pola seperti ini peserta didik
pada Sabtu tetap pulang sekolah paling lambat jam 10.00 pagi. Akibatnya, sebagian
peserta didik pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah, tapi terlebih
dahulu berkeluyuran ke pasar, ke pusat perbelanjaan atau pusat keramaian, ke
warnet, ke tempat permainan, ke tempat rekreasi dan lain sebagainya. Tidak
jarang, dari berkeluyuran tanpa arah dan tujuan yang pasti sepulang sekolah
ini terjadinya perkelahian antar pelajar. Dengan demikian sekolah 5 hari seminggu
diharapkan juga bisa menutup sebagian peluang terjadinya perkelahian antar
pelajar. Secara ekonomis, sekolah 5 hari seminggu juga dapat mengurangi
pengeluaran orang tua peserta didik dan guru. Bahkan dengan adanya 2 hari libur
seminggu juga bisa dimanfaatkan peserta didik untuk membantu orang tua bekerja
yang secara ekonomis dapat menambah penghasilan keluarga. Selain itu, sekolah 5
hari seminggu juga sejalan dengan hari kerja dan hari libur orang tua peserta
didik yang bekerja di sektor formal dari Senin hingga Jum’at. Dengan demikian
orang tua bisa mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi,
membimbing, dan mendidik anak-anak mereka serta menyusun rencana keluarga
secara bersama.
Bagi guru yang tinggal jauh dari keluarga,
libur 2 hari seminggu tentu sangatlah berarti bagi mereka. Sebab mereka bisa
menikmati week end bersama keluarga yang lebih panjang. Dengan libur akhir pekan yang
cukup diharapkan bisa berdampak secara psikologis kepada guru dan peserta
didik. Mereka lebih segar dan bersemangat memulai sekolah kembali di hari
Senin. Selain itu, kewajiban guru sebagai orang tua dari anak-anak mereka di
rumah atau sebagai suami atau istri juga bisa terlaksana dengan baik. Dengan demikian,
guru diharapkan bisa sukses mencerdaskan anak-anak bangsa di sekolah tanpa
harus mengurangi kewajiban dan tanggung jawab terhadap anak-anak mereka sendiri
serta terhadap suami atau istri mereka di rumah.
Kesimpulan :
- Waktu sekolah lima hari akan membantu siswa,
guru, dan manajemen sekolah meningkatkan efektivitas kegiatan belajar dan
mengajar.
- Waktu
istirahat juga mempunyai arti penting bagi anak didik, baik dalam rangka memperoleh
kembali semangat belajar, mempererat ikatan antar anggota keluarga,
melaksanakan fungsi sosial maupun mengembangkan diri di luar sekolah
- waktu
sekolah lima hari penting diterapkan agar dapat memberikan waktu luang satu
hari bagi siswa didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat
mandiri.
- waktu
libur di hari Sabtu juga kesempatan pengembangan diri di luar jam pelajaran
adalah sesuatu yang sangat penting bagi siswa yang memerlukan alokasi waktu
tersendiri.
Hari
sabtu dapat digunakan anak didik untuk les tambahan atau ekstrakurikuler,
sehingga ada pengembangan diri anak diluar sekolah, dan tentunya akan berdampak
positif untuk mutu pendidikan di sekolah.
- Pemadatan
waktu sekolah tentu akan mengurangi dampak kemacetan di jalan, karena Sabtu
tidak ada anak sekolah. Selain itu, juga akan mengurangi beban orangtua dalam
hal ongkos anak ke sekolah maupun uang jajan siswa
- sekolah 5 hari seminggu diharapkan
juga bisa menutup sebagian peluang terjadinya perkelahian antar pelajar.
SISI NEGATIF
Banyak sebagian responden yang tidak setuju sekolah dari Senin
sampai Jumat berpendapat: 1. siswa terlalu diforsir belajar, 2. kalau libur
tidak belajar, 3. mata pelajaran sudah cukup padat, 4. orang tua sibuk pada
hari Sabtu sehingga siswa tidak terkontrol, 5. belajar siang hari tidak
efektif, 6. tidak menghendaki siswa pulang terlalu sore/siang.
Perkembangan berikutnya dari hasil Dialog Umum di Bakorwil III
Purwokerto (26/3), tidak kurang 50 orang tua, praktisi pendidikan dan pejabat
Dinas Pendidikan hampir semua sepakat menolak Program Sekolah Lima Hari (PS5H).
Saya sependapat dengan alasan mereka. Apalagi selama ini sebagian besar
guru setiap hari pulangnya hingga sore, yakni pukul 16.00, bagi kalangan guru
mungkin tidak begitu menjadi masalah, yang dipikirkan adalah dampak bagi
siswanya. Artinya 6 hari sekolah saja sudah butuh waktu sampai sore apalagi
dipadatkan 5 hari sekolah.
Bila diberlakukan lima hari sekolah, bagaimana dengan kelanjutan
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Lalu kapan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikulernya?
Bisa jadi hari Sabtu terpaksa untuk kegiatan ektrakurikuler. Masalah akan
timbul siapkah sekolah menyelenggarakan semua kegiatan ekstrakurikuler dalam
sehari? Kesediaan pembina, keterbatasan sarana, pembagian waktu apalagi jika
siswanya lebih dari 900 siswa, tentu tidak akan efektif. Artinya lima hari
sekolah kenyataanya hari keenamnya tidak merupakan hari libur justru terforsir.
Sedangkan jika ektrakurikuler ditebar pada setiap hari akan menghilangkan
kejenuhan, merupakan variasi—pagi hari belajar di kelas, sore kegiatan di luar
kelas sehingga ada kegembiraan tersendiri.
Kita yakin bahwa belum tentu jika hari Sabtu libur agar orang
tua, terutama yang berstatus PNS memiliki waktu cukup di rumah untuk bisa
berdialog dan memberikan perhatian kepada anaknya. Apalagi di sebagian besar
sekolah, jumlah orang tua siswa yang berstatus sebagai PNS kecil. Justru
sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh, pegawai swasta, dan petani. Jadi
kalau siswa liburnya Sabtu dan Minggu, saya kira tidak terlalu
memberi efek manfaat.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, Program 5 hari sekolah
mempunyai sisi negatif :
- Siswa
akan menjadi cepat lelah karena pemadatan jam pelajaran yang berakhir pada sore
hari, akibatnya siswa sesampai di rumah akan malas untuk belajar atau
mengerjakan tugas.
- Siswa
akan cepat menjadi bosan karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dalam menangkap pelajaran apalagi jika waktu belajar di sekolah
begitu padat.
- Pemadatan
jam pelajaran yang berakhir pada sore hari membuat siswa kesulitan mencari
angkutan umum, terutama siswa yang rumahnya daerah perdesaan karena tidak semua
siswa menggunakan kendaraan sendiri.
- Pemadatan
jam pelajaran membuat siswa tidak berminat untuk mengikuti ekstrakulikuler
karena takut pulang larut malam.
- Pulang
terlalu sore terlalu rawan bagi siswa, karena sekarang ini banyak kejadian kriminal.
- Pemadatan
jam pelajaran akan menambah beban bagi orang tua, karena harus memberikan uang saku tambahan dan bekal
tambahan.
Daftar Pustaka