Senin, 14 September 2015

Teks SejarahPancasila

SEJARAH PANCASILA

Setiap bangsa pasti memiliki pedoman yang digunakan sebagai ideologi dan dasar negaranya begitu pula dengan bangsa Indonesia dalam melaksanakan sistem pemerintahan maupun sistem lannya berperdoman pada ideology dan dasar negara yakni Pancasila. Hari peringatan pancasila disebut dengan hari “Kesaktian Pancasila” yang diperingati setiap tanggal 1 Juni. Pancasila terdiri dari 5 sila. Ke 5 sila itu adalah Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Ideologi dan dasar negara tersebut diperoleh tidak dengan mudah, namun harus melalui berbagai tahap tahap  tertentu. Berikut ini sejarah atau latar belakang Pancasila yang dijadikan ideology dan dasar negara:
Sebelum tanggal 17 Agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia dijajah olehbangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa di Indonesia, misalnya bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda. Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak, Mataram, Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsa Indonesia selalu melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.
Perjuangan bersenjata bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah, dalam hal ini Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami kegagalan.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret. Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu. Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura)
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima hal,yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4.Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosia
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno
2. Drs. Muh. Hatta
3. Mr. A.A. Maramis
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Abdul Kahar Muzakkir
6. Abikusno Tjokrosujoso
7. H. Agus Salim
8. Mr. Ahmad Subardjo
9. Mr. Muh. Yamin
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.

Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya.

Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan “Yang Maha Esa”.

Sabtu, 08 Agustus 2015

Tugas Bahasa Indonesia


Penerapan Program 5 Hari Sekolah Dalam Seminggu

Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang, artinya semua aspek dalam kehidupan akan mengalami suatu perubahan. Perubahan itu dapat terjadi dalam sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem sosial maupun sistem pendidikan.  Di tahun 2015 maupun di tahun-tahun sebelumnya banyak terjadi perubahan sistem pendidikan yang mampu menggoncangkan masyarakat untuk membicarakannya. Mulai dari perubahan  kurikulum, sistem ujian nasional, dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar(KBM). Saat ini masyarakat marak membicarakan Program 5 hari sekolah dalam seminggu yang di terapkan di berbagai daerah termasuk daerah Jawa Tengah. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan bahwa beliau telah menerapkan program sekolah 5 hari dalam seminggu  dengan alasan sempitnya waktu pertemuan antara anak dengan orang tuanya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginginkan seluruh sekolah di Jawa Tengah menerapkan waktu belajar selama lima hari sekolah dalam sepekan,  karena kualitas pertemuan mereka dengan orang tua itu kecil. Setiap orang tua harus memperhatikan kualitas pertemuan dengan anak-anaknya di luar jam sekolah sehingga komunikasi antarkeluarga dapat berjalan baik.
Penerapan program sekolah 5 hari dalam seminggu berlaku untuk Sekolah Menengah Atas/Madrasah Auliyah. Program ini ternyata telah menyebabkan banyak pertentangan sosial di lingkungan masyarakat. Pertentangan itu terjadi karena saling bertolak belakang antara sisi positif dengan sisi negatif dari adanya perubahan sistem pendidikan.

SISI POSITIF

Sekolah 5 hari seminggu mempunyai sisi positif, antara lain dapat mening­katkan efektifitas hari belajar. Sebab, dengan beban belajar yang ada saat ini, jika sekolah tetap 6 hari seminggu, maka pada Sabtu biasanya hanya kegiatan pengembangan diri selama 2 jam pelajaran. Jika 2 jam pelajaran di hari Sabtu itu dipindahkan ke hari lain, maka hari belajar tentu akan lebih efektif. Beberapa sekolah memang menyiasati jadwal hari Sabtu dengan memindahkan 2 jam pelajaran di hari lain ke Sabtu sehingga menjadi 4 jam pelajaran. Namun, dengan pola seperti ini peserta didik pada Sabtu tetap pulang sekolah paling lambat jam 10.00 pagi. Akibatnya, seba­gian peserta didik pulang sekolah tidak langsung pulang ke rumah, tapi terlebih dahulu berkeluyuran ke pasar, ke pusat perbelanjaan atau pusat keramaian, ke warnet, ke tempat permainan, ke tempat rekreasi dan lain sebagainya. Tidak jarang, dari berke­luyuran tanpa arah dan tujuan yang pasti sepulang sekolah ini terjadinya perkelahian antar pelajar. Dengan de­mikian sekolah 5 hari se­minggu diharapkan juga bisa menutup sebagian peluang terjadinya perkelahian antar pelajar. Secara ekonomis, sekolah 5 hari seminggu juga dapat mengurangi pengeluaran orang tua peserta didik dan guru. Bahkan dengan adanya 2 hari libur seminggu juga bisa dimanfaatkan peserta didik untuk membantu orang tua bekerja yang secara ekonomis dapat menambah penghasilan keluarga. Selain itu, sekolah 5 hari seminggu juga sejalan dengan hari kerja dan hari libur orang tua peserta didik yang bekerja di sektor formal dari Senin hingga Jum’at. Dengan demikian orang tua bisa mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berko­munikasi, membimbing, dan mendidik anak-anak mereka serta menyusun rencana ke­luarga secara bersama.
Bagi guru yang tinggal jauh dari keluarga, libur 2 hari seminggu tentu sangatlah berarti bagi mereka. Sebab mereka bisa menikmati week end bersama keluarga yang lebih panjang. Dengan libur akhir pekan yang cukup di­harapkan bisa berdampak secara psiko­logis kepada guru dan peserta didik. Mereka lebih segar dan bersemangat memulai sekolah kembali di hari Senin. Selain itu, ke­wajiban guru sebagai orang tua dari anak-anak mereka di rumah atau sebagai suami atau istri juga bisa terlaksana dengan baik. Dengan de­mikian, guru diharapkan bisa sukses mencerdaskan anak-anak bangsa di sekolah tanpa harus mengurangi kewajiban dan tanggung jawab terhadap anak-anak mereka sendiri serta terhadap suami atau istri mereka di rumah
Kesimpulan :
-      Waktu sekolah lima hari akan membantu siswa, guru, dan manajemen sekolah meningkatkan efektivitas kegiatan belajar dan mengajar.
-       Waktu istirahat juga mempunyai arti penting bagi anak didik, baik dalam rangka memperoleh kembali semangat belajar, mempererat ikatan antar anggota keluarga, melaksanakan fungsi sosial maupun mengembangkan diri di luar sekolah
-      waktu sekolah lima hari penting diterapkan agar dapat memberikan waktu luang satu hari bagi siswa didik untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat mandiri.
-      waktu libur di hari Sabtu juga kesempatan pengembangan diri di luar jam pelajaran adalah sesuatu yang sangat penting bagi siswa yang memerlukan alokasi waktu tersendiri.
Hari sabtu dapat digunakan anak didik untuk les tambahan atau ekstrakurikuler, sehingga ada pengembangan diri anak diluar sekolah, dan tentunya akan berdampak positif untuk mutu pendidikan di sekolah.
-      Pemadatan waktu sekolah tentu akan mengurangi dampak kemacetan di jalan, karena Sabtu tidak ada anak sekolah. Selain itu, juga akan mengurangi beban orangtua dalam hal ongkos anak ke sekolah maupun uang jajan siswa
-      sekolah 5 hari se­minggu diharapkan juga bisa menutup sebagian peluang terjadinya perkelahian antar pelajar.

SISI NEGATIF

Banyak sebagian responden yang tidak setuju sekolah dari Senin sampai Jumat berpendapat: 1. siswa terlalu diforsir belajar, 2. kalau libur tidak belajar, 3. mata pelajaran sudah cukup padat, 4. orang tua sibuk pada hari Sabtu sehingga siswa tidak terkontrol, 5. belajar siang hari tidak efektif, 6. tidak menghendaki siswa pulang terlalu sore/siang.
Perkembangan berikutnya dari hasil Dialog Umum di Bakorwil III Purwokerto (26/3), tidak kurang 50 orang tua, praktisi pendidikan dan pejabat Dinas Pendidikan hampir semua sepakat menolak Program Sekolah Lima Hari (PS5H). Saya sependapat dengan alasan mereka. Apalagi selama ini sebagian besar guru setiap hari pulangnya hingga sore, yakni pukul 16.00, bagi kalangan guru mungkin tidak begitu menjadi masalah, yang dipikirkan adalah dampak bagi siswanya. Artinya 6 hari sekolah saja sudah butuh waktu sampai sore apalagi dipadatkan 5 hari sekolah.
Bila diberlakukan lima hari sekolah, bagaimana dengan kelanjutan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Lalu kapan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikulernya? Bisa jadi hari Sabtu terpaksa untuk kegiatan ektrakurikuler. Masalah akan timbul siapkah sekolah menyelenggarakan semua kegiatan ekstrakurikuler dalam sehari? Kesediaan pembina, keterbatasan sarana, pembagian waktu apalagi jika siswanya lebih dari 900 siswa, tentu tidak akan efektif. Artinya lima hari sekolah kenyataanya hari keenamnya tidak merupakan hari libur justru terforsir. Sedangkan jika ektrakurikuler ditebar pada setiap hari akan menghilangkan kejenuhan, merupakan variasi—pagi hari belajar di kelas, sore kegiatan di luar kelas sehingga ada kegembiraan tersendiri.
Kita yakin bahwa belum tentu jika hari Sabtu libur agar orang tua, terutama yang berstatus PNS memiliki waktu cukup di rumah untuk bisa berdialog dan memberikan perhatian kepada anaknya. Apalagi di sebagian besar sekolah, jumlah orang tua siswa yang berstatus sebagai PNS kecil. Justru sebagian besar mereka bekerja sebagai buruh, pegawai swasta, dan petani. Jadi kalau siswa liburnya Sabtu dan Minggu, saya  kira tidak terlalu memberi efek manfaat.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan, Program 5 hari sekolah mempunyai sisi negatif :

-      Siswa akan menjadi cepat lelah karena pemadatan jam pelajaran yang berakhir pada sore hari, akibatnya siswa sesampai di rumah akan malas untuk belajar atau mengerjakan tugas.
-      Siswa akan cepat menjadi bosan karena setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menangkap pelajaran apalagi jika waktu belajar di sekolah begitu padat.
-      Pemadatan jam pelajaran yang berakhir pada sore hari membuat siswa kesulitan mencari angkutan umum, terutama siswa yang rumahnya daerah perdesaan karena tidak semua siswa menggunakan kendaraan sendiri.
-      Pemadatan jam pelajaran membuat siswa tidak berminat untuk mengikuti ekstrakulikuler karena takut pulang larut malam.
-      Pulang terlalu sore terlalu rawan bagi siswa, karena sekarang ini banyak kejadian kriminal.
-      Pemadatan jam pelajaran akan menambah beban bagi orang tua, karena harus  memberikan uang saku tambahan dan bekal tambahan.

Daftar Pustaka





Sabtu, 28 Februari 2015

TUGAS BAHASA INDONESIA

TUGAS BAHASA INDONESIA HALAMAN 83 dan 86
 Membandingkan Teks  Gara-Gara Kemben, Film  “Gending Sriwijaya”  Diprotes Budayawan dan Teks “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” Pertanyaan Itu Belum Terjawab.

NAMA KELOMPOK :
1.    Dini Setiya Isnaenti
2.    Esti Ramadhani
3.    Nur Afifah F
4.    Nurul Annisa

A.    FOKUS PEMBAHASAN :
1.    Tema :
Gara-Gara Kemben, Film “Gending Sriwijaya” mengangkat tema kebudayaan.
Karena film tersebut bercerita tentang pertentangan dan perebutan tahta oleh dua anak raja dimana kebudayaan yang diangkat dalam film tersebut melenceng dengan keadaan nyata yang ada. Kebudayaan menjadi focus cerita film ini karena menyimpangnya alur cerita dengan kenyataan.
“Mengapa Kau Culik Anak Kami?” mengangkat tema politik.
Dalam drama tersebut bercerita mengenai keadaan politik dan peristiwa kekerasan yang terjadi pada tahun 1965 dan seterusnya dimana tidak adanya kejelasan dan hentinya hingga akhir-akhir ini, politik Negara yang carut-marut.

2.    Pengindraan(Imajinasi) :
Gara-Gara Kemben,Film “Gending Sriwijaya” dan “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” menggunakan dua pengindraan, yaitu pengindraan bidang visual dan pengindraan bidang audio. Pengindraan bidang visual menyangkut kemampuan mata, yaitu melihat, sedangkan pengindraan bidang audio menyangkut kemampuan telinga, yaitu mendengar. Dalam menyaksikan dan mengapresiasi film atau drama tentu memerlukan indra penglihatan(mata) untuk mengamati dan memahami peristiwa apa saja yang terjadi dan memerlukan pula indra pendengar(telinga) untuk memahami situasi beberapa peristiwa yang dituangkan melalui alunan music.

3.    Nilai yang terkandung :
a.   Gara-Gara Kemben,Film “Gending Sriwijaya”
1.    Nilai Budaya
Teks ulasan ini menyebutkan bahwa film ini diprotes sejumlah budayawan dan peneliti sejarah di Sumatra Selatan karena kisah yang diceritakan terkesan mengada-ada dan menyimpang dari sejarah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya tidak pernah terjadi pertentangan akibat perebutan tahta oleh dua anak raja. Kehancuran Sriwijaya disebabkan oleh factor eksternal. Dengan adanya film ini kita dapat menyimpulkan bahwa jangan mengangkat tema kebudayaan jika tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, karena hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada kaidah kebudayaan yang sebenarnya.
b.   “Mengapa Kau Culik Anak Kami?”
1.    Nilai Moral
Teks ulasan ini menyebutkan bahwa drama ini berada di wilayah “Kesenian Kontemporer” dengan sifat khasnya: meleburnya batas antara kesenian dan kehidupan nyata; antara ruang pribadi dan ruang public; dan seterusnya. Maksudnya drama ini memberikan pendidikan dan pengajaran untuk mengetahui situasi politik dan kekerasan yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965  dengan menuangkannya dalam sebuah drama.
2.    Nilai Sosial
Digambarkan melalui dialog anatara tokoh ibu dan bapak yang membicarakan anaknya (Satria) yang diculik. Dilihat dari dialog tersebut muncul konflik antara ibu dan bapak dengan memuncaknya amarah, mereka hanya ingin kejelasan mengapa anaknya diculik. Setiap malam mereka berdoa, mengharapkan keselamatan Satria. Dari pernyataan tersebut disimpulkan mengandung nilai sosial karena kedua orang tua Satria memiliki jiwa sosial yang mengharapkan anaknya kembali walaupun dalam waktu yang lama penculikan itu belum terungkap, mengapa demikian? Karena mereka ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri apalagi jika harus berpisah dengan orang yang dicintainya.


4.    Penyajian :
Dalam penyajian Teks ”Mengapa Kau Culik Anak Kami?” Pertanyaan Itu Belum Terjawab dan Film “Gending Sriwijaya”Diprotes Budayawan  mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Dari drama “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” dilihat dari kelebihannya teks tersebut memuat pokok yang bertujuan untuk menyampaikan inti dan pemahaman terhadap pembaca. Sedangkan dilihat dari kekurangannya ada kata yang membuat pembaca tidak dapat memahami,seperti “relevansi”, selain itu didalam teks ulasan tersebut  terdapat banyak argument.
Dari film “Gending Sriwijaya” Diprotes Budayawan dilihat dari kelebihannya teks ini menarik karena didalamnya tergambar konflik yang dituangkan melalui argument,yakni beberapa budayawan dan peneliti sejarah protes karena alur cerita tidak sesuai dengan sejarah Kerajaan Sriwijaya, sedangkan dilihat dari kekurangannya, teks ini tidak memberikan kejelasan dan terdapat banyak argument.


B.    HALAMAN 85

a.  Mereka membicarakan tentang kekejaman seseorang yang telah menculik anaknya tanpa alasan apapun (belum ada kejelasan). Mereka selalu berdoa mengharapkan keselamatan anaknya (Satria).
b. 5 Paragraf (4,5,6,78).
Karena didalam paragraph-paragraf tersebut terdapat gambaran umum mengenai drama tersebut dan terdapat paparan tentang nama,kegunaan dan sebagainya.
c.     “Mengapa Kau Culik Anak Kami?” mengangkat tema politik.
Dalam drama tersebut bercerita mengenai keadaan politik dan peristiwa kekerasan yang terjadi pada tahun 1965 dan seterusnya dimana tidak adanya kejelasan dan hentinya hingga akhir-akhir ini, politik Negara yang carut-marut.
d. Karena suasana cerita dapat mencengkam oleh kepiawaian acting dua actor handal(sebagai ibu dan bapak).

C.    HALAMAN 87

a.     Karena beberapa budayawan dan peneliti sejarah Sumatra Selatan tidak srek(protes) dengan adanya film tersebut. Hal ini disebabkan karena alur cerita film menyimpang dari sejarah Kerajaan Sriwijaya.
b.    Maksudnya, Salah mengartikan atau salah pemahaman tentang sejarah yang sebenarnya, sehingga menyebabkan pembaca tidak mengetahui yang sebenarnya, karena film tersebut mengandung isi yang tidak sesuai dengan kenyataan.
c.     Yang kami ketahui kehancuran tersebut disebabkan oleh factor eksternal, namun meliputi apa saja kami tidak mengerti.
d.    Kemben adalah pakaian tradisional seperti jarik yang digunakan sampai ke bagian dada. Yang biasanya digunakan ke sungai ketika hendak mandi.



  




Kamis, 19 Februari 2015

TUGAS BAHASA INDONESIA

TUGAS BAHASA INDONESIA
TANGGAL  17 FEBRUARI 2015 PAKET HALAMAN 79

ANGGOTA KELOMPOK :
1.     ESTI RAMADHANI
2.     INDAH PUJI SAFITRI
3.     LISTYA MAYA SARI
4.     NUR AFIFAH FIYANI

A.    FOKUS PEMBAHASAN :  “Belajar ikhlas dari Hafalan Shalat Delisa”

1.     Tema : Kehidupan sosial
2.     Pengindraan atau Imajinasi :
·        Pengindraan Bidang Visual dan Audio
Dikatakan pengindraan visual karena kami dapat memahami film tersebut melalui indra penglihatan yaitu mata, yang fungsinya untuk mengapresiasi peristiwa yang terjadi dalam film tersebut.
Dikatakan juga sebagai pengindraan audio karena kami dapat mendengar suara dari tokoh-tokoh pemeran dan instrumen music yang menggambarkan keadaan dari film tersebut.
3.     Nilai-nilai yang terkandung :
·        Nilai agama
Di gambarkan saat ustaz Rahman mengajarkan kepada Delisa tentang keagamaan seperti pada saat mengerjakan salat harus engan khusyu tidak perlu memperhatikan keadaan sekitar.
·        Nilai moral
Pengarang menggambarkan watak tokoh pada cerita penuh rasa ikhlas. Setelah bencana itu melanda perkampungan tidak ada lagi yang tersisa, yang ada hanya tangisan. Setelah delisa dirawat di klinik dia sadar bahwa kakinya telah diamputasi tetapi delisa dapat menerimanya dengan ikhlas.
Delisa salat bukan karena ingin mendapat kalung, tetapi dia ingin salat yang benar.
·        Nilai sosial
Ketika delisa membangkitkan semangat umam dan delisa juga memberi semangat kepada ustaz Rahman yang hampir patah semangat.
4.     Penyajian :
Menurut kelompok kami, teks ulasan yang disajikan penulis memiliki sisi kelebihan dan sisi kekurangan. Dilihat dari kelebihannya, teks ulasan ini memuat beberapa aspek penting dan pokok, sehingga memudahkan penulis untuk memahami teks tersebut. Dilihat dari kekurangannya, penulis kurang memperhatikan kata kata yang digunakan itu baku atau tidak. Contoh seperti kata salat menjadi shalat dan kata ustaz menjadi ustad, hal ini dapat berpengaruh besar dalam aspek kebahasaan karena dapat merusak kaidah kebahasaan yang baik dan benar.

B.     PEMBAHASAN HALAMAN  81
1.     DISKUSI DARI TEKS ULASAN “Belajar ikhlas dari Hafalan Shalat Delisa”
A.      Pernah
B.     Menurut pendapat kami, efek dan cara penanggulannya sangat berbeda dikarenakan teknologi yang kurang maju. Seperti pada saat melakukan pengevaluasian korban sangat kesulitan untuk menemukan korban hingga memerlukan waktu berminggu-minggu. Kerusakan yang terjadi juga berdampak besar penduduk kehilangan rumah, hingga keluarga bahkan nyawa.
C.     Peristiwa yang tergambar pada teks ulasan film tersebut adalah peristiwa yang menyedihkan, karena setelah tsunami menghantam perkampungan membuat Delisa kehilangan semuanya, yaitu keluarga dan rumah. Selain itu delisa mengalami penyiksaan fisik, yakni kaki Delisa yang diamputasi. Dari akhir kejadian tersebut delisa kini tinggal bersama abinya.
D.    Setelah peristiwa tsunami mereda, Delisa diselamatkan seorang tentara A.S  bernama Smith, namun kaki delisa harus diamputasi. Delisa juga dikenalkan dengan Sophie, relawan yang merasa simpati terhadapnya. Dia sudah mengetahui bahwa umi, dan ketiga kakaknya telah pergi, yang digambarkan melalui surealis melintasi sebuah gerbang di lepas pantai menuju negri dengan masjid yang indah. Namun keberadaan uminya masih misterius. Melihat keadaan delisa, Smith ingin mengadopsi delisa, namun terlebih dahulu delisa sudah dijemput abinya.
E.     Hal-hal yang diulas penulis :
1.     Saat terjadi tsunami di pantai aceh pada tanggal 26 desember 2004, bersamaan ketika Delisa menjalankan praktik salat di ruang sekolah di Lhok Nga dan disaksikan ustaz Rahman dan ustazah Nur serta umi Delisa dan ibu lainnya. Namun hal itu tidak berpengaruh terhadap delisa, dia tetap focus pada salatnya walaupun umi Delisa berteriak dengan panic memanggil Delisa.
2.     Sebelum terjadinya tsunami, teks tersebut memaparkan bahwa delisa tinggal bersama umi dan ketiga kakaknya (Fatimah,Aisyah,Zahra). Abinya bekerja disebuah kapal tanker asing nun yang jauh dari tempat tinggal mereka. Delisa digambarkan sulit melakukan hafalan salat dan susah dibangunkan saat salat shubuh. Uminya sampai menjanjikan akan memberikan sebuah kalung emas berinisial “D” jika dia lulus ujian Pratik salat.
3.     Setelah tsunami mereda, Delisa diselamatkan seorang tentara A.S  bernama Smith, namun kaki delisa harus diamputasi. Delisa juga dikenalkan dengan Sophie, relawan yang merasa simpati terhadapnya. Dia sudah mengetahui bahwa umi, dan ketiga kakaknya telah pergi, yang digambarkan melalui surealis melintasi sebuah gerbang di lepas pantai menuju negri dengan masjid yang indah. Namun keberadaan uminya masih misterius. Melihat keadaan delisa, Smith ingin mengadopsi delisa, namun terlebih dahulu delisa sudah dijemput abinya.
4.     Dengan keadaan fisik delisa yang memperhatinkan, namun dia masih saja memberi semangat pada temannya umam dan ustaz rahman yang hamper patah semangat. Delisa juga masih ingin bermain bola walaupun keadaan fisik dan batinnya sedang memburuk.
5.     Setelah Delisa kembali kepelukan abinya, abinya mencoba membuat rumah dan membuat nasi goring untuk Delisa, namun Delisa beranggapan bahwa masakkan abinya tidak selezat masakkan uminya. Kemudian Koh Acan menawarkan dan membuatkan bakmi kesukaan Delisa.
6.     Di akhir  cerita, keberadaan umi Delisa masih misterius, apakah uminya selamat atau setidaknya dapat ditemukan tubuhnya. Namun apapun yang dialami delisa, dia tetap menjadi pribadi yang ikhlas. Dia juga bertekat untuk menyelesaikan hafalan salat bukan karena kalung tetapi karena ingin salat yang benar.

2.     TABEL KATA BAKU DAN TIDAK BAKU

KATA

BAKU

TIDAK BAKU
Shalat
Salat
Salat
Shalat
Ustaz
Ustad
Ustaz
Ustad
Doa
Do’a
Do’a
Doa
Risiko
Resiko
Resiko
Risiko
Tangker
Tanker
Tanker
Tangker
Praktik
Praktek
Praktek
Praktik
Masjid
Mesjid
Masjid
Mesjid
Kamp
Kemp
Kamp
Kemp
Iklas
Ikhlas
Ikhlas
Iklas
Khusyuk
Khusyu
Khusyu
Khusyuk